Probo Harjanti
Beksan Lawung gagah adalah salah satu tarian karya Sultan HB I. Menggambarkan prajurit yang sedang berlatih perang. Prajurit tersebut dari kesatuan Trunojoyo, karena itu ada dialog yang berbahasa Madura. Senjata yang digunakan untuk latihan perang adalah tombak, tetapi ujungnya dibungkus kain (awalnya), tentu saja karena hanya latihan perang, biar tidak melukai kawan.
Tarian ini benar-benar amat sangat menggugah semangat. Apalagi pada bagian awal, iringannya gending Gangsaran, yang salah satu alat musiknya (bernama Japan) hanya ada di gamelan Yogyakarta, khusus untuk gending gangsaran. Tarian ini memang lahir di tengah semangat perjuangan prajurit Ngayogyakarto Hadiningrat, melawan penjajah kala itu. Jadi, kalau bersifat heroik tidak mengherankan. Gending Gangsaran memang gending penyemangat perang. Lawung benar-benar tarian yang memberi kesan jantan, gagah perkasa, agung, dan semangat juang yang tinggi.
Di tengah tarian, ada suara-suara semacam celetukan, ada tawa, juga teriakan pada bagian tertentu, bersamaan dengan gending iringan. Yang pasti siapa pun yang melihat langsung Beksan lawung, akan menimbulkan semangat membara di dalam dada, ada sesuatu yang sulit diceritakan.
Beksan Lawung Ageng (lengkap) terdiri atas 16 penari putra gagah. Dari 16 penari dibagi lagi menjadi beberapa kelompok, yakni: Botoh 2 orang, salaotho (abdi pelawak) 2 orang, lurah 4 orang, jajar 4 orang, dan pengampil 4 orang (pembawa tombak).
Kalau dipentaskan di luar istana, penari bisa dikurangi, namanya pun menjadi Lawung Alit. Pengurangan bisa dilakukan dengan penampilan 4 jajar saja, 4 lurah saja, atau tambah 2 orang botoh. Sebab, kelompok Jajar dan lurah adalah yang benar-benar menari (porsinya paling banyak). Beksan lawung biasanya dipentaskan pada acara/ upacara penting, seperti menyambut tamu, dan pernikahan keluarga keraton.
Catatan: tari putra di Jogja dan Surakarta dibagi 2, yakni gagah dan alus, sesuai dengan karakter tari/ tokoh yang dibawakan.
Fisik harus benar-benar kuat, bukan perkara mudah menari sambil membawa tombak panjang yang lumayan berat
Lihat..betapa gagahnya para penari Lawung ini…
Beksan Lawung pada saat pernikahan putri Sri Sultan HB X
Pementasan Lawung Ageng membutuhkan tempat yang luas
Yang berbaju biru adalah Salaotho
Lawung dipentaskan di panggung, bukan di pendapa
Dua gambar terbawah Lawung dibawakan penari-penari yang lebih muda daripada yang pentas di keraton Yogyakarta.
Bima Putra, pasti luar biasa rasanya ya mas…..
Saya pertama kali menarikan lawung itu ( ndhapuk ) pengampil / menjadi posisi pengampil.. yang membawakan tombak di pinggir pendhapa, waktu itu di Bangsal Srimanganti Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Dan saya merasakan hal yang sangat berbeda, rasa yang beda dari pentas pentas biasa, rasa bangga yang luar biasa..
Hafidz, beksan lawung untuk menyambut tamu agung/terhormat
tari beksan lawung digunakan untuk apa?
niaahhhh…. itu yang cucok marucok bu… koleksi-nya kan muanteppp…. ditunggu nggih bu. matur nuwun…
Nev…jadi bingung nih…motret apa mideo……tapi asal tahu saja, saya gaptek lo…..saya punya lawung, serimpi, bedaya, tapi belum saya unggah (ra isa je, apalagi nggak kuat pula modemku)….
ta[pi emmang asyik kok…..semoga bisa ya …..
Pakde…..kalau Iwan baltyra memang nggak pernah flas kayaknya (dan semoga pula)……
semoga keadaan teman2 di jepang baik-baik saja…..dan situasi segera pulih