Nganu Itu Enak Loh, Mbak

Kalau orang-orang seperti aku ini, Mbak, sudah gak mau mikir panjang. Hidup ya dijalanin aja. Bisa makan, bisa ketawa, bisa nafas. Itu sudah anugrah, Mbak. Oh, ya “nganu” juga. Bisa jadi hiburan pengisi hidup. Ih, Mbak kok senyum-senyum gitu. Bener kan, Mbak? Kata orang-orang, “nganu” itu kebutuhan. Sama seperti makan dan minum. Gak terpenuhi, orang bisa sengsara. Ada yang jadi kejam lantaran gak bisa nyalurin. Ada juga yang aneh-aneh. Binatang dia pake. Ih.. manusia memang lucu ya, Mbak?

Mbak pernah “nganu” juga? Belum punya pacar? Loh, “nganu” itu kan tidak harus punya pacar? Ha..ha.h.ah.a. Salah ya, Mbak? Salah tapi bener kan? Banyak orang belum punya pacar, tapi sering “nganu”. Kawan-kawan saya banyak. Kawan-kawan Mbak, juga mungkin banyak loh.

Kenapa belum punya pacar, Mbak? Mbak kan cantik. Kayak bidadari loh. Artis-artis sinetron saya kira kalah loh, sama Mbak. Masih cari barang bagus ya, Mbak? Bener, Mbak. Cari pacar harus pilih-pilih. Jangan sampai salah. Tapi juga jangan terlalu milih-milih. Bisa jadi perawan tua loh, nanti.

Becanda, tapi serius juga, loh, Mbak. Tapi, “nganu” itu memang enak kok, Mbak. Nanti kalau sudah menjalani, langsung nyesel deh. Kenapa gak dari dulu-dulu. Ha.h.ah.ah.a.ha. Eh, Mbak, senyumnya aneh. Santai aja Mbak.

Source: aisaidluv.wordpress.com

Pertama kali, aku ya, dengan Bambang itu, Mbak. Seperti pernah cerita kemarin itu, loh. Aku sering mengingatnya. Ternyata romantis banget waktu itu. Lebih romantis dibanding sinetron-sinetron, Mbak. Hujan. Gedung tua. Gelap. Petir menyambar-nyambar. Eh, kita sambar-sambaran juga. Sakit, tapi besok minta lagi. He.he.h.e.he.he.

Selain Bambang, ya dengan si Sontoloyo dan kawan-kawannya itu, Mbak. Waktu saya di pangris. Gimana ya si Sontoloyo itu? Gak tahu, mati apa gak tuh orang. Kalau gak mati, paling cacat seumur hidup. Syukurin. Orang kayak gitu kan sudah banyak bikin susah.

Aku pikir-pikir, selama jadi simpenan Sontoloyo, aku lihat dia baik juga loh. Punya solidaritas dengan kawan-kawannya. Lewat tengah malam dihubungi kawannya yang kesusahan, dia bisa langsung bangkit dan pergi. Urusan biaya hidup, lancar banget, Mbak. Untuk senang-senang juga bisa. Dia royal. Ngasih duit gak itung-itung. Tapi, namanya hati, ya Mbak. Eh, aku masih punya hati gak, ya? He.h.eh.eh.e. Ya, Mbak… Hati ada dendam. Jadi saya sering coba cari kesempatan. Kesempatan ada, kadang ragu. Sampai syetan – kalau benar ada – menjadi teman untuk jalanin niat. Ya, itu Mbak.

Setelah jadi simpenan Sontoloyo, aku pergi ke luar kota. Pindah-pindah kota. Ketemu orang pakaian polisi, was-was juga. Jangan-jangan lagi dicari. Tapi, ya aman-aman saja kok sampai sekarang. Sudah dua tahunan lah.

Setelah itu, yang sulit untuk dihitung, Mbak. Habis banyak sih. Ganti-ganti. Bisa suka sama suka. Bisa juga minta bayaran. He.h.eh.e.h.e.e. Kan beramal juga, toh, Mbak? Biar orang senang, kita pun senang.

Hidup seperti ini, kalau mau aman, harus pinter-pinter Mbak. Aku sih sering gonta-ganti pacar. Sekali pacaran bisa lebih dari dua loh, Mbak. Yang pasti, pacarku ada preman, ada juga aparat. Selingannya, kadang mahasiswa seperti, Mbak, loh. Tapi laki-laki, bukan perempuan Mbak. He.h.eh.e.

Pacaran dengan mahasiswa cuma enak kalau jalan bareng. Kalau diajak ngobrol, banyak ceramahnya. Jadi gak asyik. Soal ngasih duit ke mahasiswa, sih gak soal. Kalau ada, berbagi rejeki kan baik, toh, Mbak? Nah, gitu Mbak, caraku untuk cari aman.

Soal penyakit. Ya, pastilah pernah, Mbak. Dulu-dulu-nya kan masih lugu. Masih polos. Gak ngerti apa-apa. Begituan terus. Sampai sakit. Sakit itu pasti gak enak, kan Mbak. Panas, dingin, perih. Ih. Untung saya ketemu Mbak Nin. Diajak periksa, diobati dan dirawat. Kalau sekarang, bisa berhati-hati. Cari pengamanan dulu. Periksa rutin sebulan sekali.

Source: honestdocs.id

Mbak Nin baik, ya Mbak? Aku gak percaya loh ada orang seperti dia. Masak sehari-hari cuma keliling ketemu kita-kita. Gak ada yang dia dapat, kan Mbak? Malah dapat kerjaan. Susah terus. Masalah terus. Mbak, kawan kuliahnya, Mbak Nin? Oh, bukan toh?

Wah, Mbak, gimana? Ya, susah. Kan “nganu” itu kebutuhan, Mbak. Sama kayak kita makan nasi, masak berharap berhenti makan nasi. Nanti mati dong. Oh, saya kira mandeg total. Ya, pingin sih, Mbak. Siapa sih yang senang gonta-ganti? Walau aku ketawa terus, bukan berarti senang loh, Mbak. Manusia sepertiku juga masih punya hati. Punya perasaan. Tapi memang gak mau nangis. Percuma. Nangis gak menyelesaikan masalah. Masalah selalu ada. “Nganu” gak ganti-ganti. “Nganu” sama orang yang mau merhatiin kita. Mau jagain. Mau berbagi. Pasti itu harapanku.

Mbak sendiri gimana? Mau “nganu” kapan? Enak loh, Mbak. Tapi hati-hati, jangan sampai kena penyakit. Ha.h.ah.ah.a.a.h becanda, Mbak. Becanda…. Jangan mukul-mukul terus dong. Sakit loh, Mbak. Tapi kalau yang itu, sakit, tapi nikmat. Sering kumat, cari nikmat.

Aduh…

Mbaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkk,

sudah toh mukulinnya…

tapi kok senyum-senyum terus…

hi..hi..hi..hi..