Gunawan Budi Susanto
ya, bersyukurlah bahwa kita masih sempat bersyukur
selagi banyak orang tak lagi sempat mengucap syukur
bukan lantaran lupa atau sengaja
soalnya sederhana saja
untuk sekadar bertahan hidup kita mesti menjadi serigala
saling memakan dan berebut ruang bernafas yang kian menyesakkan
maka bersyukurlah bahwa kita masih sempat berkumpul
ketika pengin bersama-sama mengucapkan syukur
soalnya untuk sekadar bertemu dan berkumpul
sekarang sudah menjadi kemewahan teramat mahal
kendati belum menjadi kemustahilan
toh acap diadang berbagai larangan
betapa sakit iklim pergaulan kita
lantaran setiap kali bertemu
kita tak saling sapa tak saling bicara
kita merasa nyaman hidup dalam ketakutan
kita merasa aman jika tetap memiara kecurigaan
lantas asyik dengan diri sendiri saja
di bioskop
di buskota
di kantor
di toko buku
di kampus
di supermarket
di jalan-jalan
di atas trotoar
atau di mana saja
maka bersyukurlah
di sini saat ini kita masih bisa saling sapa dan bertukar tawa
dan menyadari ternyata kita toh masih manusia
yang tak pengin jadi serigala
entah esok atau lusa
(tapi, maaf, kita berada di mana!)
Genuksari, 25 Januari 1990
Gunawan BS>>>
Siipppp!
Terima kasih….
Benar kata orang..
Puisi (atau prosa liris) yang bagus pasti menembus batas ruang dan waktu…..
Ayo…
Mana yang: …….”Genuksari, 25 Januari 2012?”
Suwunnn,…
Anugerah berupa kesempatan ….layak kita syukuri, kesempatan saling menyapa, kebersamaan dan saling bercanda…kesempatan saling belajar satu sama yang lain, saling mengasihi, saling memaafkan, itu sangat layak kita syukuri, mari saling mengingatkan…
Dengan bersyukur pada Tuhan, menyapa, tersenyum pada orang lain.. Aku merasa ada.
Puisi yang menggugah. .. Terimakasih
DANKE…. DEIN HEIL KENNT KEINE SCHARKEN…..
DANKE….. ICH HALT MICH FEST DARAN…..
DANKE…… ACH HERR… ICH WILL DIR DANKEN…
DASS ICH DANKEN KANN…..!!!
SATOE …syukur